1.Latar
Belakang
Putus asa merupakan suatu sikap atau
perilaku seseorang yang menganggap tidak ada lagi harapan positif dalam
dirinya, bahkan di dunia. Putus asa biasanya terjadi karena mereka telah gagal
dari sesuatu yang sangat mereka harapkan dan cita-citakan. Ini merupakan suatu
masalah yang sangat serius dan dapat menyebabkan seseorang itu menjadi depresi.
Sedangkan menurut WHO menyatakan bahwa depresi penyakit yang berada pada urutan
keempat di dunia.
Pada saat putus asa, manusia
mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa
bersalah, perasaan tidak berharga dan pesimis. Hal ini sangat berkaitan dengan
perjalanan hidup yang mengakibatkan manusia merasa malas, tidak bertenaga dan
menarik diri dari hubungan sosial.
Malas berawal dari perasaan seseorang
menganggap negatif dari suatu hal. Setiap manusia pasti pernah merasakan malas
untuk melakukan sebuah kegiatan yang mana kegiatan itu baik penting untuk
dirinya atau tidak. Tetapi, itu tergantung bagaimana manusia menyikapi dan
mencegah rasa malas itu. Karena rasa malas adalah musuh besar manusia yang
menghambat kemajuan manusia itu sendiri.
Putus Asa
A.
Pengertian
Putus Asa
Putus asa
adalah sikap yang merasa bahwa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan
atau seseorang yang pernah gagal dalam melakukan sebuah pekerjaan dan ia tidak
ingin mencoba kembali karena tidak yakin pada dirinya atau trauma atas
kegagalannya. Semua umat manusia merasakan putus asa dan umat itu pasti menjadi
lemah karena merupakan penyakit atau racun yang sangat membahayakan bagi setiap
pribadi manusia. Dalam salah satu firman, Allah mempersamakan sifat putus asa
dengan sifat kekafiran. Karena akibat atau dampak yang disebabkan keduanya
sama-sama besar. Firman Allah dalam al-qur’an yang artinya “janganlah kamu semua berputus asa dari
rahmat Allah, sesungguhnya tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan golongan orang-orang
kafir”. (QS. Yusuf:87)
Allah
menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang ditimbulkan
oleh kedua sifat itu sama besar dan dahsyatnya. Karena apabila seorang yang
putus asa diberi beban atau sesuatu yang harus diselesaikan dan perlu segera
dilaksanakan demi kepentingan masyarakat ia meninggalkannya secara perlahan-lahan,
bahakan terkadang tidak mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau
menganggap apa yang dititipkan kepadanya terlalu berat sehingga ia enggan dan berputus asa untuk meneruskannya. Tentu saja
hal itu merugikan diri sendiri dan masyarakat.
B.
Faktor-faktor penyebab putus asa
1. Banyak
dihimpit ujian, derita dan musibah yang berat.
2. Kurang
ilmu tentang keluasan rahmat Allah dan ampunan NYA.
3. Terlalu
mengenang masa lalu dan memikirkan masa depan. Karena masa lalu sering
membelenggu di otak manusia seperti, pengalaman trauma yang pernah dialami
menjadikan seseorang tersebut bersedih hati apabila memikirkannya kembali, ada juga pengalaman pribadi yang sangat pahit,
ada juga yang mengingat masa lalu dosa-dosa besar yang sudah terjadi. Ini
mengakibatkan seseorang bersedih, selalu diliputi rasa dosa yang pada akhirnya
trauma untuk melangkah. Masa depan juga sering menjadikan seseorang ketakutan,
mereka dihantui oleh kekhawatiran masa depan, mereka melihat masa depan itu
gelap dan menakutkan bagi mereka yang pendekatan dir kepada Tuhannya kurang
bisa jadi mereka selalu dibelenggu oleh masalah ini.Untuk itu jauhilah putus
asa, putus asa hanya pantas bagi orang kafir, karena tidak ada penjelasan orang
mukmin putus asa dalam al-qur’an.
4. Adapun
akibat dari putus asa adalah:
Dapat merugikan
orang sekitar atau orang yang dekat dengan kita.
Selain merugikan
orang lain juga merugikan diri sendiri yaitu diri tidak menjadi berkembang jika
kita memiliki sifat putus.
Cara mengatasi putus asa saat anda
mengalami kegagalan dalam melakukan suatu hal adalah sebagai berikut:
1. Fahami
badai pasti berlalu. Setiap ada
kesulitan pasti ada kebahagiaan, setiap ada masalah pasti ada jalan keluarnya.
Setiap apapun masalah yang kita hadapi itu sifatnya netral dan Tuhan pasti
memberi jalan keluar dan solusinya tergantung kepada kita mau mencarinya atau
tidak.
2. Berpikir
untuk masa depan. Lihatlah kedepan dan kembali ingatlah target, harapan dan
cita-cita yang ingin dicapai.
3. Cobalah
pergi ketempat dimana terdapat beberapa orang yang kurang mampu, misalkan panti
asuhan atau rumah kumuh. Renungkanlah bagaimana mungkin kita bisa menyerah pada
keadaan begitu mudah , sementara ditempat lain masih banyak orang yang berada
pada keadaan yang lebih sulit.
4. Pasrahkann
setiap masalah kepada Tuhan. Pasrahkan semua permasalah materi setelah anda
berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Dengan kepasrahan ka memperoleh
energi baru untuk meraih kesuksesan.
6. Bangkitkanlah
kembali motivasi terbesar bagi semua usaha anda. Tiap orang pasti mempunyai
motivasi untuk bertahan, entah itu untuk orang tua, pasangan, anak atau
cita-cita tertentu.
7. Lihat
sekitar anda. Ingatlah orang-orang tersayang di sekitar anda, ingat bagaimana
nmereka begitu penuh kasih sayang dan apasti tidak ingin melihat anda bersedih.
8. Kesuksesan
bukan hanya materi. Materi memang penting dalam mengarungi hidup tetapi jangan
dijadikan tujuan utama.
9. Kegagalan
bukan akhir dari segalanya. Setiap kegagalan merupakan awal untuk meraih sebuah
kesuksesan, karena kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda selama kita
terus berusaha tanpa rasa putus asa.
10. Sharing
masalah kepada orang-orang terdekat anda sehingga diterima saran untuk mencapai
jalan keluar setiap masalah.
Malas
A.
Pengertian
Malas
Malas adalah keengganan untuk melakukan
sesuatu pekerjaan. Malas bukan berarti tidak berbuat apa-apa, tetapi merasa
bebas untuk tidak berbuat sesuatu, merupakan perasaan dimana seseorang akan
enggan melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian
negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut. Rasa malas
sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapapun yang dihinggapi rasa
malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam
karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas.
Menurut (Edy Zaques: 2008) rasa malas
diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah
menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu,
mengalihkan diro dari kewajiban. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa malas
juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya
pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas.
B.
Bentuk dan sifat
1. Kemalasan
yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal. Seorang pengusaha akan mendadak
malas jika hasil uangnya selama ia bekerja raib ditipu orang. Seorang pelajar
atau mahasiswa akan mendadak malas ketika guru atau dosen kesayangannya tidak
lagi diberi tugas mengajar materi kesayangan. Banyak orang yang tiba-tiba malas
saat is dompetnya kosong. Umumnya kemalas yang bentuknya “state” ini bersifat sementara (temporer).
2. Kemalasan
yang timbul akibat irama mood. Mood
adalah perubahan intensitas perasaan. Ada yang menyebutnya juga siklus
kehidupan. Kemalasan seperti ini umum dialami hampir setiap manusia. Orang yang
paling giat pun terkadang menghadapi saat-saat yang membuatnya malas. Yang
membedakan orang disini bukan soal pernah dan tidaknya, tetapi apa yang
dilakukan saat detik-detik buruk itu tiba. Ada yang hanya melamun, jalan-jalan
kesana kemari tanpa tujuan, ada yang mengisi membaca, noton dan lain-lain.
3. Kemalasan
yang memang itu kita sendiri yang ciptakan. Kemalasan semacam ini bisa disebut
trait yang berarti bawaan. Bawaan disini bukan berarti bawaan dari lahir atau semacam yang kita sebut sebagai takdir
seseorang. Bawaan disini maksudnya kita yang memilih dan kita yang menciptakan.
C.
Penyebab
kemalasan
Menurut logika yang normal tentu tiak
ada yang ingin malas. Buktinya tidak ada orang merasa bahagia dengan
kemalasannya. Jika begitu berarti kemalasan itu datang karena ada sesuatu
alasan atau faktor. Ada beberapa faktor sebagai berikut:
1. Tidak
memiliki sasaran hidup yang jelas.
Sasaran bisa berbentuk apa yang kita
ingin kita lakukan, apa yang ingin kita raih, apa yang ingin kita miliki.
Sasaran ini terkait karena kalau kita sudah tahu sasaran yang kita inginkan,
maka logikanya kita akan terdorong untuk mencapainya.
2. Terlalu
banyak dan terlalu lama membiarkan pikiran atau perasaan negatif.
Semua orang pada dasarnya pernah
memunculkan pikiraran negatif terhadaap diri sendiri, orang lain atau keadaan.
Yang membedakan terkadang adalah kadarnya, frekuensinya dan kecepatan dalam
membersihkan diri. Kalau kita membiraka penilaian negatif terhadap diri sendiri
yang terlalu lama atau terlalu banyak, maka yang muncul adalah kesimpulan akumulatif
yang negatif. Misalnya: saya selalu minder, saya ragu-ragu, saya malas-malasan,
saya tidak bahagia denagn diri saya dan seterusnya. Kesimpulan seperti itu
memang tidak membuat kita mati, tetapi seperti yang kita alami, kesimpullan
seperti itu akan menghalangi munculnya energi positif.
3. Tidak
mau memilih yang positif.
Untuk orang dewasa ini adalah kunci.
Gagal usaha, gagal bercinta, dan lain-lain itu semua memang bbisa memicu
kemalasan. Tetapi, seperti yang sudah kita singgung diatas, kemalasan di situ
sifatnya sementara. Yang sering membuatnya abadi adalah penolakan untuk segera
bangkit atau yang sering dikatakan anak jaman sekarang adalah tidak bisa move on. Jika kita tetap memilih menjadi
pemalas, maka tidak ada kekuatan apapun yang bisa membuat kita jadi tidak
malas.
4. Kurang
belajar menggunakan semangat yang tinggi.
Marah, tidak puas, takut, malu, ingin
dipuji dan seterusnya, itu semua termasuk dari ledakan emosi. Hal ini bisa kita
gunakan untuk mengusir rasa malas. Takut akan dimarahi orang tua kalau nilai
kita jeblok dapat kita gunakan untuk memacu diri dalam belajar. Malu dikatakan
orang nganggur maka kita bisa banyak menambah aktivitas. Jadi meskipun ada
ledakan kekuatan positif atau negatif tetapi pengguanaannya masih diserahkan
pada diri kita sendiri.
5.
Filsafat hidup yang negatif.
Misalnya: kita berfikir “dari pada
sudah bekerja keras tetapi tidak kaya-kaya, mendingan kerja asal-asalan aja”,
“ngapain sekolah yang rajin toh banyak yang sudah sarjana masih pengangguran”.
Secara arah pola hidup seperti itulah yang bisa membuat kita menjadi malaas
untuk melakukan sesuatu yang padahal itu sangat penting untuk hidup kita. Jadi
kita perlu mewaspadai arahnya, bukan semata benar atau salahnya pemikiran itu
secara konten. Lebi baik kita berpikir perlu belajar agar tidak menjadi sarjana
yang ngangguran. Lebih baik kita berpikir perlu bekerja keras dan cerdas agar
kita bisa kaya. Kita harus sadari bahwa ada ucapan yang benar tetapi tidak
bermanfaat seperti kata-kata di atas tadi.
D.
Mengatasi malas
Mengobarkan semangat dengan alsan
takut ketinggalan akan sesuatu yang dicita-citakan., takut terjatuh terperosok
ke dalam celaan, atau takut terjadi penyesalan atau kesedihan mendalam di hari
tua. Kesedihan orang yang lalai akan terasa sangat menyakitkan karena terdapat
rasa penyesalan dalam diri yang terus diungkit-ungkit ketika mengalami kejadian
yang sama dan ketika ia menyaksikan kesuksesan-kesuksesan orang yang
dilihatnya. Membiasakan disiplin akan mengurangi rasa malas, melakukan sesuatu
yang sudah terjadwal, jadi kalau kita
sudah mempunyai perencanaan yang rapi, rasa malas itu akan hilang denga
sendirinya, untuk itu kita perlu menjadikan diri sendiri sebagai pusat dari
segala masalah. Alasannya sangat jelas meski ada faktor eksternal yang membuat
kita malas tetapi kalau kita menolak untuk bertekad tidak menjadi pemalas, maka
kemalasan itu sementara sifatnya. Tapi jika tidak, kemalasa yang dipicu apapun
akan abadi atau minimalnya berlangsung terlalu lama, bahkan bisa menjadi label,
ciri khas atau sifat.
E.
Membangun
pondasi personal
Seperti yang sudah kita singgung
barusan, penyebab dan pemicu kemalasan kalau dicari banyak. Apalagi jika yang
kita cari itu adalah sebab eksternal di luar diri kita. Meski demikian, toh
ujung-ujungnya yang akan menjadi kunci
utama disini adalah tetap diri kita sendiri. Inilah alasan kenapa kita
harus membangun ponadasi itu.
Pondasi personal adalah seperangkat dasar-dasar hidup yang kita gunakan
sebagai landasan dalam melangkah. Dengan pondasi yang kuat ini diharapkan hidup
kita tidak mudah goyah atau ambrul oleh hal-hal yang tidak kita inginkan. Yang
perlu dilakukan untuk membangun pondasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjaga stabilitas
Menjaga stabilitas itu memang susah
maka dari itu kita harus menggerakkan apa yang sudah bergerak dan jangan sampai
berhenti. Ini memang membutuhkan sasaran dan program. Seperti yang sudah kita
bahas, sasaran itu akan menggerakkan kita untuk mencapainya. Supaya
keseimbangannya sempurna, sasaran itu kita susun senyaman mungkin sesuai
dengan keadaan diri kita.
2. Diperlukan
melakukan alignment
Istilah
ini sering kali dipakai di management bisnis. Pengertian dasarnya adalah upaya untuk
meluruskan langkah agar tidak keluar dari track, rel, sasaran, target, tujuan,
visi, misi, dan seterusnya. Banyak peristiwa atau perlakuan dari luar yang
berpotensi memicu kemalasan.
3.
Kesimpulan
Malas atau
putus asa keduanya adalah sifat yang
sangat merugikan bagi mereka yang tidak memiliki pandangan positif terhadap
dunia, karena tidak dapat mengantarkan mereka pada suatu keberhasilan atau
kemajuan. Dalam islam sendiri setiap aktifitas memiliki nilai yang harus dicapai
dengan sungguh-sungguh. Contoh, dalam ibadah harus dicapai dengan ruhaniah.
Maka ibadah pun harus sungguh-sungguh. Karena dalam mencapai setiap nilai harus
ada syariat yang mengikatnya.
Kedua sifat ini
juga dibenci oleh Allah karena termasuk dosa besar. Karena, dari kedua sifat
ini akan timbul sifat jelek lainnya. Seperti, tidak percaya akan kebesaran Tuhan
dan selalu berburuk sangka kepadaNYA. Bahkan setelah itu mereka juga tidak
bertawakal pada Allah.
Adapun cara untuk menjauhi dari kedua sifat di
atas dapat di hindari dengan cara mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri
kita. Karena keduanya adalah sebuah penyakit. Sedangkan cara untuk mengobati
penyakit hati ini adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SaW.
Seperti, rajin beribadah, berdoa memohon untuk tidak dipengaruhi syetan. Karena
rasa putus asa dan malas sebenarnya adalah hasutan syetan dalam hati manusia.
Kemudian cobalah untuk berusaha mengetahui
posisi tengah-tengah dari segala sesuatu. Pertama lihatlah perbuatan apa yang
di timbulkan oleh perbuatan yang tidak baik, dengan begitu kita lebih
berhati-hati dalam melakukan sesuatu sehingga tidak terjadi suatu kesalahan
yang akan membuat manusia menjadi putus asa dan malas.
Namun, yang kami anjurkan adalah
selalu berfikir positif terhadap apa yang sudah terjadi dan kita hadapi
sekarang.
Daftar Pustaka
Khan,
Ahmad bin Ismail. (2013), Latahzan dan
As’ad Al-mara’ah fi al’alam, Dr. Aidh Al-qarni, Padang.
G.Zimbargo,
Philip, Scott, Foresman (1979),
Psychology & Life.
Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Al-Baghir Muhammad,
terjemahan 1 Muharram 1415/11 Juni 1994), Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar