Rabu, 23 Desember 2015

1.Latar Belakang

Putus asa merupakan suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap tidak ada lagi harapan positif dalam dirinya, bahkan di dunia. Putus asa biasanya terjadi karena mereka telah gagal dari sesuatu yang sangat mereka harapkan dan cita-citakan. Ini merupakan suatu masalah yang sangat serius dan dapat menyebabkan seseorang itu menjadi depresi. Sedangkan menurut WHO menyatakan bahwa depresi penyakit yang berada pada urutan keempat di dunia.
Pada saat putus asa, manusia mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga dan pesimis. Hal ini sangat berkaitan dengan perjalanan hidup yang mengakibatkan manusia merasa malas, tidak bertenaga dan menarik diri dari hubungan sosial.
Malas berawal dari perasaan seseorang menganggap negatif dari suatu hal. Setiap manusia pasti pernah merasakan malas untuk melakukan sebuah kegiatan yang mana kegiatan itu baik penting untuk dirinya atau tidak. Tetapi, itu tergantung bagaimana manusia menyikapi dan mencegah rasa malas itu. Karena rasa malas adalah musuh besar manusia yang menghambat kemajuan manusia itu sendiri.


Putus Asa

A.    Pengertian Putus Asa
Putus asa adalah sikap yang merasa bahwa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan atau seseorang yang pernah gagal dalam melakukan sebuah pekerjaan dan ia tidak ingin mencoba kembali karena tidak yakin pada dirinya atau trauma atas kegagalannya. Semua umat manusia merasakan putus asa dan umat itu pasti menjadi lemah karena merupakan penyakit atau racun yang sangat membahayakan bagi setiap pribadi manusia. Dalam salah satu firman, Allah mempersamakan sifat putus asa dengan sifat kekafiran. Karena akibat atau dampak yang disebabkan keduanya sama-sama besar. Firman Allah dalam al-qur’an yang artinya “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Allah menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua sifat itu sama besar dan dahsyatnya. Karena apabila seorang yang putus asa diberi beban atau sesuatu yang harus diselesaikan dan perlu segera dilaksanakan demi kepentingan masyarakat ia meninggalkannya secara perlahan-lahan, bahakan terkadang tidak mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau menganggap apa yang dititipkan kepadanya terlalu berat sehingga ia enggan  dan berputus asa untuk meneruskannya. Tentu saja hal itu merugikan diri sendiri dan masyarakat.

B.   Faktor-faktor penyebab putus asa

1.      Banyak dihimpit ujian, derita dan musibah yang berat.
2.      Kurang ilmu tentang keluasan rahmat Allah dan ampunan NYA.
3.      Terlalu mengenang masa lalu dan memikirkan masa depan. Karena masa lalu sering membelenggu di otak manusia seperti, pengalaman trauma yang pernah dialami menjadikan seseorang tersebut bersedih hati apabila memikirkannya kembali,  ada juga pengalaman pribadi yang sangat pahit, ada juga yang mengingat masa lalu dosa-dosa besar yang sudah terjadi. Ini mengakibatkan seseorang bersedih, selalu diliputi rasa dosa yang pada akhirnya trauma untuk melangkah. Masa depan juga sering menjadikan seseorang ketakutan, mereka dihantui oleh kekhawatiran masa depan, mereka melihat masa depan itu gelap dan menakutkan bagi mereka yang pendekatan dir kepada Tuhannya kurang bisa jadi mereka selalu dibelenggu oleh masalah ini.Untuk itu jauhilah putus asa, putus asa hanya pantas bagi orang kafir, karena tidak ada penjelasan orang mukmin putus asa dalam al-qur’an.
4.      Adapun akibat dari putus asa adalah:
Dapat merugikan orang sekitar atau orang yang dekat dengan kita.
Selain merugikan orang lain juga merugikan diri sendiri yaitu diri tidak menjadi berkembang jika kita memiliki sifat putus.


C.     Cara mengatasi putus asa
Cara mengatasi putus asa saat anda mengalami kegagalan dalam melakukan suatu hal adalah sebagai berikut:
1.      Fahami badai pasti berlalu.  Setiap ada kesulitan pasti ada kebahagiaan, setiap ada masalah pasti ada jalan keluarnya. Setiap apapun masalah yang kita hadapi itu sifatnya netral dan Tuhan pasti memberi jalan keluar dan solusinya tergantung kepada kita mau mencarinya atau tidak.
2.      Berpikir untuk masa depan. Lihatlah kedepan dan kembali ingatlah target, harapan dan cita-cita yang ingin dicapai.
3.      Cobalah pergi ketempat dimana terdapat beberapa orang yang kurang mampu, misalkan panti asuhan atau rumah kumuh. Renungkanlah bagaimana mungkin kita bisa menyerah pada keadaan begitu mudah , sementara ditempat lain masih banyak orang yang berada pada keadaan yang lebih sulit.
4.      Pasrahkann setiap masalah kepada Tuhan. Pasrahkan semua permasalah materi setelah anda berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Dengan kepasrahan ka memperoleh energi baru untuk meraih kesuksesan.
5.      Syukuri nikmat Tuhan yang kita terima. Jangan bandingkan apa yang anda peroleh dengan nnikmat yang diperoleh orang lain yang bisa menimbulkan rasa iri , dengki dan semakin menyiksa diri sendiri.
6.      Bangkitkanlah kembali motivasi terbesar bagi semua usaha anda. Tiap orang pasti mempunyai motivasi untuk bertahan, entah itu untuk orang tua, pasangan, anak atau cita-cita tertentu.
7.      Lihat sekitar anda. Ingatlah orang-orang tersayang di sekitar anda, ingat bagaimana nmereka begitu penuh kasih sayang dan apasti tidak ingin melihat anda bersedih.
8.      Kesuksesan bukan hanya materi. Materi memang penting dalam mengarungi hidup tetapi jangan dijadikan tujuan utama.
9.      Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Setiap kegagalan merupakan awal untuk meraih sebuah kesuksesan, karena kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda selama kita terus berusaha tanpa rasa putus asa.
10.  Sharing masalah kepada orang-orang terdekat anda sehingga diterima saran untuk mencapai jalan keluar setiap masalah.


Malas
A.    Pengertian Malas

Malas adalah keengganan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Malas bukan berarti tidak berbuat apa-apa, tetapi merasa bebas untuk tidak berbuat sesuatu, merupakan perasaan dimana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut. Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapapun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas.
Menurut (Edy Zaques: 2008) rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diro dari kewajiban. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas.
B.   Bentuk dan sifat

1.      Kemalasan yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal. Seorang pengusaha akan mendadak malas jika hasil uangnya selama ia bekerja raib ditipu orang. Seorang pelajar atau mahasiswa akan mendadak malas ketika guru atau dosen kesayangannya tidak lagi diberi tugas mengajar materi kesayangan. Banyak orang yang tiba-tiba malas saat is dompetnya kosong. Umumnya kemalas yang bentuknya “state” ini bersifat sementara (temporer).
2.      Kemalasan yang timbul akibat irama mood. Mood adalah perubahan intensitas perasaan. Ada yang menyebutnya juga siklus kehidupan. Kemalasan seperti ini umum dialami hampir setiap manusia. Orang yang paling giat pun terkadang menghadapi saat-saat yang membuatnya malas. Yang membedakan orang disini bukan soal pernah dan tidaknya, tetapi apa yang dilakukan saat detik-detik buruk itu tiba. Ada yang hanya melamun, jalan-jalan kesana kemari tanpa tujuan, ada yang mengisi membaca, noton dan lain-lain.
3.      Kemalasan yang memang itu kita sendiri yang ciptakan. Kemalasan semacam ini bisa disebut trait yang berarti bawaan. Bawaan disini bukan berarti bawaan dari lahir  atau semacam yang kita sebut sebagai takdir seseorang. Bawaan disini maksudnya kita yang memilih dan kita yang menciptakan.

C.     Penyebab kemalasan
Menurut logika yang normal tentu tiak ada yang ingin malas. Buktinya tidak ada orang merasa bahagia dengan kemalasannya. Jika begitu berarti kemalasan itu datang karena ada sesuatu alasan atau faktor. Ada beberapa faktor sebagai berikut:
1.     Tidak memiliki sasaran hidup yang jelas.
Sasaran bisa berbentuk apa yang kita ingin kita lakukan, apa yang ingin kita raih, apa yang ingin kita miliki. Sasaran ini terkait karena kalau kita sudah tahu sasaran yang kita inginkan, maka logikanya kita akan terdorong untuk mencapainya.
2.     Terlalu banyak dan terlalu lama membiarkan pikiran atau perasaan negatif.
Semua orang pada dasarnya pernah memunculkan pikiraran negatif terhadaap diri sendiri, orang lain atau keadaan. Yang membedakan terkadang adalah kadarnya, frekuensinya dan kecepatan dalam membersihkan diri. Kalau kita membiraka penilaian negatif terhadap diri sendiri yang terlalu lama atau terlalu banyak, maka yang muncul adalah kesimpulan akumulatif yang negatif. Misalnya: saya selalu minder, saya ragu-ragu, saya malas-malasan, saya tidak bahagia denagn diri saya dan seterusnya. Kesimpulan seperti itu memang tidak membuat kita mati, tetapi seperti yang kita alami, kesimpullan seperti itu akan menghalangi munculnya energi positif.
3.     Tidak mau memilih yang positif.
Untuk orang dewasa ini adalah kunci. Gagal usaha, gagal bercinta, dan lain-lain itu semua memang bbisa memicu kemalasan. Tetapi, seperti yang sudah kita singgung diatas, kemalasan di situ sifatnya sementara. Yang sering membuatnya abadi adalah penolakan untuk segera bangkit atau yang sering dikatakan anak jaman sekarang adalah tidak bisa move on. Jika kita tetap memilih menjadi pemalas, maka tidak ada kekuatan apapun yang bisa membuat kita jadi tidak malas.
4.     Kurang belajar menggunakan semangat yang tinggi.
Marah, tidak puas, takut, malu, ingin dipuji dan seterusnya, itu semua termasuk dari ledakan emosi. Hal ini bisa kita gunakan untuk mengusir rasa malas. Takut akan dimarahi orang tua kalau nilai kita jeblok dapat kita gunakan untuk memacu diri dalam belajar. Malu dikatakan orang nganggur maka kita bisa banyak menambah aktivitas. Jadi meskipun ada ledakan kekuatan positif atau negatif tetapi pengguanaannya masih diserahkan pada diri kita sendiri.

5.     Filsafat hidup yang negatif.
Misalnya: kita berfikir “dari pada sudah bekerja keras tetapi tidak kaya-kaya, mendingan kerja asal-asalan aja”, “ngapain sekolah yang rajin toh banyak yang sudah sarjana masih pengangguran”. Secara arah pola hidup seperti itulah yang bisa membuat kita menjadi malaas untuk melakukan sesuatu yang padahal itu sangat penting untuk hidup kita. Jadi kita perlu mewaspadai arahnya, bukan semata benar atau salahnya pemikiran itu secara konten. Lebi baik kita berpikir perlu belajar agar tidak menjadi sarjana yang ngangguran. Lebih baik kita berpikir perlu bekerja keras dan cerdas agar kita bisa kaya. Kita harus sadari bahwa ada ucapan yang benar tetapi tidak bermanfaat seperti kata-kata di atas tadi.

D.    Mengatasi malas
Mengobarkan semangat dengan alsan takut ketinggalan akan sesuatu yang dicita-citakan., takut terjatuh terperosok ke dalam celaan, atau takut terjadi penyesalan atau kesedihan mendalam di hari tua. Kesedihan orang yang lalai akan terasa sangat menyakitkan karena terdapat rasa penyesalan dalam diri yang terus diungkit-ungkit ketika mengalami kejadian yang sama dan ketika ia menyaksikan kesuksesan-kesuksesan orang yang dilihatnya. Membiasakan disiplin akan mengurangi rasa malas, melakukan sesuatu yang sudah terjadwal,  jadi kalau kita sudah mempunyai perencanaan yang rapi, rasa malas itu akan hilang denga sendirinya, untuk itu kita perlu menjadikan diri sendiri sebagai pusat dari segala masalah. Alasannya sangat jelas meski ada faktor eksternal yang membuat kita malas tetapi kalau kita menolak untuk bertekad tidak menjadi pemalas, maka kemalasan itu sementara sifatnya. Tapi jika tidak, kemalasa yang dipicu apapun akan abadi atau minimalnya berlangsung terlalu lama, bahkan bisa menjadi label, ciri khas atau sifat.










E.     Membangun pondasi personal
Seperti yang sudah kita singgung barusan, penyebab dan pemicu kemalasan kalau dicari banyak. Apalagi jika yang kita cari itu adalah sebab eksternal di luar diri kita. Meski demikian, toh ujung-ujungnya yang akan menjadi kunci  utama disini adalah tetap diri kita sendiri. Inilah alasan kenapa kita harus membangun ponadasi itu.
Pondasi personal adalah seperangkat dasar-dasar hidup yang kita gunakan sebagai landasan dalam melangkah. Dengan pondasi yang kuat ini diharapkan hidup kita tidak mudah goyah atau ambrul oleh hal-hal yang tidak kita inginkan. Yang perlu dilakukan untuk membangun pondasi ini adalah sebagai berikut:

1.     Menjaga stabilitas
Menjaga stabilitas itu memang susah maka dari itu kita harus menggerakkan apa yang sudah bergerak dan jangan sampai berhenti. Ini memang membutuhkan sasaran dan program. Seperti yang sudah kita bahas, sasaran itu akan menggerakkan kita untuk mencapainya. Supaya keseimbangannya sempurna, sasaran itu kita susun senyaman mungkin sesuai dengan keadaan diri kita.
2.     Diperlukan melakukan alignment

Istilah ini sering kali dipakai di management bisnis. Pengertian dasarnya adalah upaya untuk meluruskan langkah agar tidak keluar dari track, rel, sasaran, target, tujuan, visi, misi, dan seterusnya. Banyak peristiwa atau perlakuan dari luar yang berpotensi memicu kemalasan.












3.     Kesimpulan
Malas atau putus asa keduanya adalah  sifat yang sangat merugikan bagi mereka yang tidak memiliki pandangan positif terhadap dunia, karena tidak dapat mengantarkan mereka pada suatu keberhasilan atau kemajuan. Dalam islam sendiri setiap aktifitas memiliki nilai yang harus dicapai dengan sungguh-sungguh. Contoh, dalam ibadah harus dicapai dengan ruhaniah. Maka ibadah pun harus sungguh-sungguh. Karena dalam mencapai setiap nilai harus ada syariat yang mengikatnya.
Kedua sifat ini juga dibenci oleh Allah karena termasuk dosa besar. Karena, dari kedua sifat ini akan timbul sifat jelek lainnya. Seperti, tidak percaya akan kebesaran Tuhan dan selalu berburuk sangka kepadaNYA. Bahkan setelah itu mereka juga tidak bertawakal pada Allah.
             Adapun cara untuk menjauhi dari kedua sifat di atas dapat di hindari dengan cara mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri kita. Karena keduanya adalah sebuah penyakit. Sedangkan cara untuk mengobati penyakit hati ini adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SaW. Seperti, rajin beribadah, berdoa memohon untuk tidak dipengaruhi syetan. Karena rasa putus asa dan malas sebenarnya adalah hasutan syetan dalam hati manusia.
             Kemudian cobalah untuk berusaha mengetahui posisi tengah-tengah dari segala sesuatu. Pertama lihatlah perbuatan apa yang di timbulkan oleh perbuatan yang tidak baik, dengan begitu kita lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu sehingga tidak terjadi suatu kesalahan yang akan membuat manusia menjadi putus asa dan malas.
 Namun, yang kami anjurkan adalah selalu berfikir positif terhadap apa yang sudah terjadi dan kita hadapi sekarang.










Daftar Pustaka

Khan, Ahmad bin Ismail. (2013), Latahzan dan As’ad Al-mara’ah fi al’alam, Dr. Aidh Al-qarni, Padang.
G.Zimbargo, Philip, Scott, Foresman (1979), Psychology & Life.
 Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Al-Baghir Muhammad, terjemahan 1 Muharram 1415/11 Juni 1994), Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar